Senin, 18 Juni 2012

Karena Allah, saya tak dirampok

Suatu hari, saya mengajar prifat di suatu daerah di sekitar jl.pahlawan. Kalau bukan karena terpaksa, mungkin saya tidak harus pulang di malam hari. Pada hari itu, tak memungkinkan untuk saya menolak tawaran job itu hingga akhirnya saya ambil juga.

Saya mulai mengajar jam 5 sore hari karena pertimbangan ketersediaan waktu saya dan siswa prifat. Setelah break sholat maghrib jam 6, pembelajaran dilanjutkan hingga adzan isya berkumandang. Saya memutuskan untuk sholat isya di tempat, di rumah siswa prifat. Umur orang siapa yang tahu, oleh karena itu lebih baik sholat dilakukan di awal waktu.

Ketika hendak pamit pulang pada orang tua siswa, orang tua tersebut menawari saya untuk menginap di rumah mereka. Setelah berpikir sejenak, saya menolak tawaran mereka. Memang menginap lebih aman daripada pulang malam, tetapi saya merasa tidak nyaman jika harus menginap di sana. Malah nanti saya harus pulang pagi. Lagipula, jam dinding baru menunjukkan pukul 7.30. Jalanan masih ramai pikir saya. Jadi, dengan cara baik-baik saya menolak tawaran menginap itu dan saya pun pamit pulang dengan motor matic.

Saya pun melaju dengan cepat melewati motor-motor dan mobil-mobil yang lain. Saya tetap waspada akan hal-hal yang bisa saja terjadi. Saya melaju sambil tetap melihat spion kanan dan kiri, tapi tetap fokus akan arah tujuan, pulang.

Setelah beberapa menit tibalah saya di stop-an dekat lapangan gasibu. Saya tetap waspada terhadap segala bentuk kejahatan, saya lihati orang di sebelah kanan, kiri, depan, dan belakang saya. Ketika saya lihat depan, nampaklah tanjakan jembatan layang Pasupati. Tiba-tiba teringatlah akan cerita orang-orang bahwa seringkali terjadi kekerasan dan hal lainnya di atas sana. Saya berpikir dan berharap itu tidak akan terjadi malam ini. Sekalipun demikian, saya sadar saya harus tetap waspada sehingga saya memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi hingga kemungkinan terburuk dan saya pikirkan pula apa yang akan saya
lakukan jika itu terjadi.

Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, segera saya melaju menuju jembatan Pasupati. Tidak ada apa-apa pikir saya karena melihat banyak mobil dan motor yang masih melaju di atas jembatan ini. Namun, tiba-tiba saja, tiga motor melaju membelok ke arah kiri di depan saya seakan ingin menyalib dan memberhentikan saya. Dan tiba-tiba pun jalanan di atas jembatan ini sepi. Aneh dan saya merasa debaran jantung lebih cepat berdentum. Saya terpaksa berhenti karena tidak memungkinkan untuk saya kabur pada saat itu.

Lalu saya turunkan standar satu, saya matikan motor tanpa menguncinya. Saya masukkan kunci ke dalam saku jaket sebelah kanan saya, saya turun dari motor. Saya buka kaca helm saya, dan saya taruh kedua tangan saya di pinggang. Bukan untuk menantang mereka tapi karena posisi ini, yang dalam bahasa Sunda disebut melak cangkeng, adalah posisi berdiri yang enak menurut saya.

"Ada apa ya?" tanya saya sambil berusaha tenang tanpa terlihat takut atau menantang.
"Ibu gakan kita apa-apain asalkan ibu kasih kita uang." kata salah satu dari 4 orang pemuda yang dengan setelan yang ga rapih terlihat benar-benar seperti anak geng motor urakan.

"Uang? Saya cuma bawa uang 10 ribu, mau?" kata saya. Pemuda itu, tampak saling memandang. Orang yang tadi bicara, bicara lagi.
"Hape hape." katanya

Saya bicara lagi, "Hape saya sudah sering jatoh, justru saya ingin service ni Hape, mau?"
Lalu satu yang lainnya berbisik kepada yang lain sambil melihat motor matic yang saya bawa.
"Eit, tunggu dulu, motor ini bukan motor saya, lagipula ini kreditannya belum lunas. Kalo kalian bawa motor ini, ga hanya polisi yang akan cari, yang kasih kredit motor ini juga. Jadi kemungkinan kalian ketahuan itu besar..." kata saya

Melihat mereka nampak tak terpengaruh omongan saya,  saya teringat bahwa langkah pertama menangani penjahat adalah dengan mengingatkannya akan Allah. Sayapun lanjut bicara, "Lagipula kalian ga takut ada yang melihat kalian" saya menengadahkan kepala saya ke atas dan saya tunjuk bahu mereka.
Malaikat di kanan kiri kalian selalu mencatat, Allah dimana saja Melihat. Tapi kalau kalian ga jadi melakukan keburukan kalian, akan jadi kebaikan. Saya akan berdo'a agar kesulitan kaliah dimudahkan."

Nampak  beberapa dari mereke bergetar ketika saya menengadahkan kepala ke atas. beberapa di antara mereka pun nampak ingin mundur ketika nama Allah disebut.

Beberapa saat kemudian, seseorang di antara mereka berbisik pada orang yang pertama bicara. Mereka bergerak, saya pun bergerak bersiap siaga kalau-kalau mereka ingin menyerang saya. Namun, ternyata mereka bergerak menuju motor mereka dan pergi meninggalkan saya tanpa kata. Dalam hitungan detik, seseorang dengan motornya tiba dari arah belakang saya.

"Ga apa-apa, Bu?" tanyanya.
"Enggak, saya ga diapa-apain ko. Tapi gatau apa mereka cari target lain." kata saya sambil menaiki motor yang saya bawa.

Lalu saya melanjutkan perjalanan pulang saya dan berdo'a, "Alhamdulillah. Robbi auzidni anasykura ni'matakallati an'amta 'alayya wa 'alaa ibadillahishsholihin." sebagai salah satu wujud syukur saya pada Allah karena-Nya saya selamat.

Cerita ini FIKSI atau FAKTA??

Find my other half: the Mr. Right

Getting married when still young as young as 21 or 22 years old was my dream when I was a senior high student. I dreamed about this because I think it would be exciting if I have children when still young.

However, the dream remained dream since in the 21st and 22nd of my life I was still studying at university. Perhaps, that was not the significant reason for some people. I do realize that many youth in the age of 21 or 22 even younger get married even though they are studying at the same time. However, to me, it was not easy to run many duties as student, activist, and also wife at the same time. And I thought I just wanted to enjoy my young age as a single. Therefore, any offer from anyone to introduce me to somebody who was ready to get marry was always rejected by me.

My age turned to 23 when I had possibility and also will to get married since at this age, too, I graduated from university and started to find my other half. I said to myself that I will open myself to know someone. However, my spirit to continue study was high, I applied scholarship abroad. Then, I came up to decision not to accept any offer until I was sure I got the scholarship or not. Hence, I delayed the process of knowing someone, also my marriage.

My age turned 24, however the condition is, getting married is in the first place. I open myself again to know someone. I still have my ideal criteria of Mr.Right that can be my other half. My Mr. Right is the one who is pious, who continuously searches, learns and improves knowledge of Islam, and so on.  Therefore, whoever is offered to me as long as he fits my criteria, I will presumably accept it. Along with the process of finding someone, I pray so Allah will give me the best, the right person: Mr. Right. It is Allah who decides. We'll see who is my other half: Mr. Right.

Selasa, 12 Juni 2012

My student is happy with me so I'm happy, too

I was chatting with one of my students this night. We mostly chatted in English. I was amazed of her though her sentences were not grammatically correct we could communicate with almost no barrier. However, there's still thought that perhaps her mother was behind her telling her what to type/say. Well, i don't know.

I was affected when she told me that she is happy studying English with me. She also told me that when she sees me smiling, she is happy. For the information, I am indeed a big smile teacher. I like to be friendly to my students (even to all people actually). I often smile in the class as often as I can't realize. I so often smile and laugh in the class that she (my student) said, "Miss, don't smile too often. Toothpaste is expensive!"

Then, in our chat, she said that I am beautiful. Oh, I thank Allah and thank her for saying so. After that, I was touched too when she said that she didn't want to change teacher. She didn't want to have a substitute teacher. I came to the thinking that perhaps I would miss her and students that would miss me, too. I will undertake master degree and lessen my teaching time so I will no longer teach her class. It made me feel pity if I don't teach the class again. Will they then no longer study there again? I told her to change the day so I will presumably still teach her class. However, she has not known how the new teacher will be. Perhaps, if the teacher can comfort the students, they will like the teacher. Then, I will no longer remembered, huff.

Anyway, I'm happy this night because of the chat so I happen to know that being me, myself who like to smile or laugh is something good to my students (though not always).

Minggu, 10 Juni 2012

He/She is just perfect!

perfectness doesn't lie on perfectness itself

perfectness doesn't lie on perfect charming
because sometimes, someone is just perfect even though he/she is not charming

perfectness doesn't lie on perfect cleverness
because sometimes, someone is just perfect even though he/she is not clever

perfectness doesn't lie on perfect wealth
because sometimes, someone is just perfect even though he/she is not wealthy

all of them are because every single person has his/her own point of view of perfectness and because sometimes it's not the eyes that see or recognize it but the heart. therefore, sometimes it's not planned about who is considered / seems to be perfect, but it's all of sudden.

for reason..
though this writing doesn't follow the rules of writing like capital and so on, this writing can be perfect for those who consider/feel it perfect as just it is...

However, often, he/she is perfect because of his/her perfect faith (religion) and behaviors

i think a person will consider someone, who is predestined to be his/her destiny, perfect as just as he/she is

wallahu'alam

Jumat, 08 Juni 2012

Teaching New Vocabulary

Sebagian guru mungkin bingung bagaimana cara mengajarkan kosakata bahasa Inggris baru pada siswa. Bagaimana agar pengajarannya engaging dan kosakata yang diajarkannya diingat siswa? Petanyaan inilah yang selalu saya pertanyakan di beberapa waktu lalu. Lalu, saya terinspirasi dari sebuah acara kuis di salah satu stasiun TV yang dulu bernama TPI. Nama kuisnya, jika saya tidak salah ingat adalah Game Master Quiz.

Sejak saat itulah saya mengaplikasikan "Act and Say Game" nama pemberian saya untuk permainan pengajaran kosakata yang terinspirasi dari Game Master Quiz.

Berikut adalah langkah-langkah sebelum dilakukannya permainan tersebut:
1. Presentation in dialogue
    Siswa membaca dan mendengarkan dialogue yang mengandung beberapa kata yang akan diajarkan. Namun, sebelumnya dilakukan brainstorming tentang dialog itu (Who, Where, What, etc) dengan melihat gambar pada dialog. Pada tahap ini, siswa diperkenalkan bagaimana kata yang akan diajarkan digunakan dalam kalimat tapi belum ada exposure terhadap hal itu. Biasanya, agar siswa mencoba mengucapkannya bersama kalimat, siswa role-play dialog tersebut secara bergantian.

2. Introduction to New Vocabularies
    Kosakata-kosakata baru yang akan diajarkan diperkenalkan kepada siswa dengan menyebutkannya sambil menunjukkan tulisan dan gambar (yang mewakili) nya. Siswa diminta untuk listen and say.

3. Act them out
    Pada tahap ini, guru meminta siswa menyebutkan kembali kata-kata tadi sambil guru memperagakan gerakan (yang mewakili) kata-kata tersebut. Lalu, siswa diminta untuk menyebutkan kata-kata tersebut sambil memperagakannya.

4. Play the Game
    Setelah yakin siswa mulai engaged yakni mereka terlihat seperti telah mendapati (hafal) beberapa kata tersebut, mainkan permainan "Act and Say". Minta mereka untuk hompimpah untuk memutuskan orang pertama, kedua, dan seterusnya. Biasanya, saya meminta mereka untuk menyanyikan lagu bahasa Inggris yang telah diajarkan atau yang telah mereka hafal ketika hompimpah daripada mereka menyanyi "Hompimpah ... nek Ijah pake baju rombeng.."
    Setelah diputuskan siapa orang pertama, kedua dan seterusnya. Minta siswa untuk berbaris berbanjar menghadap suatu arah. Siswa paling belakang, ditunjukki gambar dan tulisan salah satu kosakata yang sedang diajarkan. Siswa ini kemudian mencolek teman di depannya dan memperagakan kata yang tadi dilihatnya. Siswa kedua ini kemudian mencolek teman yang di depannya dan memperagakan apa yang diperagakan siswa sebelumnya (dengan harapan siswa kedua dan ketiga paham apa yang sedang diperagakan terutama ingat kata dalam bahasa Inggrisnya). Hal itu dilakukan terus sampai siswa paling depan. Setelah siswa yang baris di paling depan memperagakan, siswa tersebut diminta untuk menyebutkan. Jika siswa tersebut tidak dapat menyebutkan, siswa di belakang yang  menyebutkannya, dan seterusnya.
    Jika kata pertama berhasil disebukan, siswa paling belakang pindah ke paling depan sehingga kini giliran siswa kedua yang ditunjukki gambar dan tulisan kata yang lain. Begitu seterusnya.

Selamat mencoba, memodifikasi, dan sebagainya. Salam Semangat ^^

Kamis, 07 Juni 2012

Tes yang Asyik menurut KU

Murid-murid mencontek, ngantuk, bosan saat tes..mm saya rasa dengan metode ini hal-hal tersebut dapat diminimalisir...i call this MBT moving-body test.
Di kelas yang kecil ini saya aplikasikan ide saya untuk meminimalisir hal-hal tsb di atas. Dalam metode ini soal-soal cukup difotokopi 1 kali (jd hemat biaya n tidak menggunakan banyak kertas untuk soal, envi-friendly kan), soal-soal lalu digunting menjadi beberapa bagian, kemudian masing-masing bagian ditempel di tempat2 berbeda (bisa di dinding, kursi, papan tulis, dsb.) lihat foto tuh., setiap siswa diberikan selembar kertas kosong untuk menuliskan jawaban mereka, dan mulailah tesnya dan para siswa mingle around. mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang kosong, lihatlah foto, masing-masing mengerjakan di tempat yang berbeda dengan bagian soal yang berbeda.
manfaat dari metode/teknik ini yang telah saya amati:
1. siswa cenderung tidak mencontek karena mereka tidak mengerjakan soal yang sama bersamaan dan mereka harus fokus menjawab soal di tempat mereka masing2. namun, bisa terjadi siswa bertanya pada temannya dengan berbisik, tugaslah guru lah untuk mengawasi
2. hemat biaya dan kertas..tak perlu kopi soal banyak2 bhkn cukup satu untuk jml siswa yang sedikit di kelas
3. siswa tidak jenuh karena mereka hrs berpindah dari satu tempat ke tempat lain
4. dengan begitu mereka tidak mengantuk, kalaupun rasa kantuk mereka tak dapat dibendung, mereka tak dapat tidur jika ingin menyelesaikan semua soal..

selamat mencoba;)share

Resep Kepiting Saus Lemon Pedas

Bahan:
1 kg Kepiting (jenis dan ukuran menurut selera)
3 lembar daun jeruk
2 batang serai
2 buah paprika hijau dan kuning
5 buah cabai merah keriting
1/2  ruas lengkuas
1 ruas jahe
5 siung bawang putih
5 siung bawang merah
1/2 bawang bombay
gula pasir secukupnya
garam secukupnya

Cara:
1. Rebus kepiting setengah matang di panci
2. Panaskan minyak zaitun di wajan
3. tumis irisan bawang putih, bawang merah, cabai, jahe, lengkuas, dan serai hingga tercium wangi
4. tambahkan kepiting beserta kuahnya ke dalam wajan
5. masukkan paprika lalu bawang bombay, dan daun jeruk
6. tambahkan gula pasir dan garam secukupnya
7. tunggu sampai bumbu menyurut dan sedikit meresap
8. sajikan

Selasa, 05 Juni 2012

Tricky Plurals

We'll begin with a box, and the plural is boxes;

but the plural of ox became oxen not oxes.

One fowl is a goose, but two are called geese,

yet the plural of moose should never be meese.

You may find a lone mouse or a nest full of mice;

yet the plural of house is houses, not hice.

If the plural of man is always called men,

why shouldn't the plural of pan be called pen?

If I spoke of my foot and show you my feet,

and I give you a boot, would a pair be called beet?

If one is a tooth and a whole set are teeth,

why shouldn't the plural of booth be called beeth?

Then one may be that, and three would be those,

yet hat in the plural would never be hose,

and the plural of cat is cats, not cose.

We speak of a brother and also of brethren,

but though we say mother, we never say methren.

Then the masculine pronouns are he, his and him, but imagine the
feminine, she, shis and shim.

From a web site,

Ahmad Syamil
Arkansas State University
http://www.clt. astate.edu/ asyamil/

Facebook:

http://www.facebook .com/asyamil

Tafsir Quran Surat Al-Mu’minun (23): 1-10 Disampaikan oleh Ustadz Jalaludin Asyatibi pada Kajian Tafsir di Masjid Habiburrahman

Tafsir Quran Surat Al-Mu’minun (23): 1-10
Disampaikan oleh Ustadz Jalaludin Asyatibi pada Kajian Tafsir di Masjid Habiburrahman

Yang menjadikan orang-orang mukmin (beriman) beruntung/bahagia:
1. Khusyuk dalam Sholat
Yang khusyuk dalam sholat adalah yang yakin menghadap/menemui Allah dan yakin bahwa dirinya akan dikembalikan kepada-Nya.
Tingkatan khusyuk (dari tingkatan minimal ke tinggi):
a. terpenuhi syarat dan rukun sholat
Syarat: ketentuan yang mesti ada sebelumnya. misal, suci dari hadas.
Rukun: ketentuan yang harus ada ketika dilakukan. misal, membaca Al-fatihah.
b. mengetahui apa yang diucapkan & dikerjakan (Q.S. An-Nisa: 43)
c. merasa bahwa Allah melihatnya
d. merasa seolah-olah sedang ngobrol dengan Allah (hadis Qudsi)

2. Berpaling dari yang tidak berguna- “sebaik-baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan yang tidak berguna (Al-Hadist)”

3. Menunaikan zakat
Yang punya (mampu)-mengeluarkan zakat
Yang tidak mampu-menjadi mustahik/amil/pengelola atau mengajak orang untuk mengeluarkan zakat

4. Memelihara farji (kemaluan)dari yang haram /
Memelihara farji kecuali dari suami/istri /
Menjauhi zina (Q.S. 17:32), yang dikatakan menjauhi zina adalah:
- menjaga lidah dari omongan kotor/jorok
- ghodul bashor (memelihara pandangan)/ tidak melihat yang diharamkan: melihat aurat, melihat dengan syahwat.
- tidak menyentuh & tidak mencium lawan jenis yang diharamkan
- tidak berangan-angan (menghayal “- -”) - normal, tapi harus diikuti istigfar dan jangan dituruti.
- tidak berkholwat/tidak berduaan
- tidak berdesakan
- menutup aurat
- dll.

5. Memelihara amanat dan setia pada janji
Amanat:
Amanat umum: amanat dari Allah
Amanat khusus: misal, “Salamin ya buat Ortu”
Janji:
Jangan gegabah berjanji
Jangan terlalu percaya kepada janji orang
Harus yakin kepada janji Allah swt

6. Memelihara sholat:
khusyuk
Memelihara waktu—tepat waktu
Berjama’ah
Sholat di masjid (wajib bagi laki-laki. Wanita dipersilahkan, tidak boleh disuruh dan tidak boleh dilarang)
Menyuruh sholat
Sabar mengerjakan sholat
Melaksanakan sholat sunat
Melaksanakan sunat sholat



Jalan untuk khusyuk dalam sholat:

1. Dipersiapkan
Wudhu—ketika membasuh muka, di dalam hati ingat bahwa wajah ini akan menghadap Allah
2. Etis—pakaiannya etis, tempatnya etis
3. Pandangan focus:
- melihat ke tempat sujud saat berdiri. (jika di depan ka’bah, lihat ke ka’bah saat berdiri)
- melihat ke jari kaki saat rukuk
- melihat ke sekitar lutut saat duduk
- melihat hidung saat sujud
4. Menjauhi makanan
Jika ada makanan mending, makan dulu daripada saat sholat kepikiran makanan. Tapi jika makan dulu atau enggak, tetep inget makanan saat sholat, mending sholat dulu aja.
5. Hilangkan ngantuknya
6. Harus tanamkan sifat Allah: Yang Maha Agung, Maha Melihat, dsb. (tanamkan dalamhati sebelum dan saat)
7. Tanamkan perasaan bahwa sholat ini sholat terakhir

Jangan buang sampah sembarangan deh ah

Suatu hari ketika VA pergi ke suatu tempat dengan mengendarai benda yang dinamakan 'angkot', dia duduk bersebelahan dengan seorang wanita dewasa yang mendampingi seorang anak kecil seusia sinchan ditambah 1 tahun.
Awalnya, tak ada yang terjadi hingga. . .
Anak kecil (Ak): "Mah, susunya ga enak?"
Wanita dewasa (Wd): "Masa sih, sini mamah coba. . .Oh iya sedikiiit."
Ak: "Buang ya mah."
Wd: "Iya sok."
Dan ...
Ak pun melempar sekotak dus kecil susu **** (tak mau menyebutkan merk) ke luar angkot melalui pintunya.
Terkejutlah VA dan merasa tak senanglah dia sampai-sampai . . .
"Beletak!"
dijitaklah kepala si anak kecil itu.
"Apa-apaan kamu jitakin anak saya!" bentak wanita dewasa. Terang saja, orang tua mana yang mau anaknya dijitak atau ditampar atau dipukul orang lain - meskipun orang tua terkadang menjitak, menampar atau memukul anaknya -.
"Oh, anak ibu. Saya pikir anda bukan ibunya. Karena kalo saya ibunya, saya tidak akan membiarkan anak saya melakukan hal tidak terpuji seperti buang sampah sembarangan, ke jalan lagi." jawab VA tanpa rasa bersalah.
Bingung harus membalas bagaimana, ibu itu pun terdiam. Tak lama kemudian, memberhentikan angkot dan turun.

sampah di pinggir jalan (foto yang saya cantumkan adalah foto jalan manisi, entah dimana)

Spiderwoman (read: superwoman)

her cellphone is ringing. she knows it's an sms not a call.
"Riz, are busy tomorrow?"
she replies, "No. Why?"
best friend of her answers, "Could you accompany me to bookstore? i need to buy some books."
"I think i can. what time? n where we meet?"
"Great. At usual place at 8. wat u think?"
"Ok. c u then."
"c u."

Riz and a best friend of her arrive at the bookstore.
"Riz, which one do you think is the best?"
"Umm...(Riz's watch is ringing signalling that there is a crime nearby)...sorry Sam, i ... i gotta go. i mean, may i go to the toilet for a while?"
"Oh, OK."
"Thanks. i will be right back." Riz starts to walk away.
"Do you want me to accompany?"
"No, thanks Sam, just wait here." she then begins to run to crime spot.

in the bookstore.
"Where is Riz? why doesn't she come back soon? i think i'm gonna see her at the rest room."

"Sam! sorry for making u wait so long. i have to take very long time in the ... you know."
"Okay."
"So, which book will you buy?"
"These ones."
"I see. that's good."
"Let's go home. i've finished already."

Spiderman-With Web

Peter Parker, the spiderman, has to be ready where ever, whenever and what ever happens in his face. He has to be ready to act (not acting=pretending doing thing), to hamper crimes to be success to throw away the criminals to jail. so, no crimes only righteousness in people lives.

Sometimes, he has to lose face. He has to sacrifice his good image in front of his lecturer, beloved family or beloved friend. They think him badly, while actually he is doing things amazingly in his cover, spiderman costume.

thinking about this, , , i come to a thinking
a thinking that
actually in reality
there are spidermans without web.

do right things and invite to the right path to make live full of righteousness. nevertheless, they are some who see them badly, inappropriately.

Anjing! ?? !

Kejadian terjadi beberapa tahun silam ketika aku duduk di kelas 2 SD. Hari itu, saat waktu istirahat tiba, aku dan teman-teman satu 'genk' memutuskan untuk pergi ke rumah salah satu temanku. Ini legal, tidak ilegal. gapapa, wong rumahnya tak terlalu dari sekolah.
Seperti biasa, aku berjalan paling cepat sehingga aku pun berada paling depan ketika berjalan. Selama berjalan, kami mengobrol hingga akhirnya...tak lagi kudengar ramai suara teman-temanku. Aku pun menoleh dan ku temukan tak satupun dari mereka ada di hadapanku. Rupa-rupanya mereka menjailiku, bersembunyi dariku. Tak lama kemudian kutemukan hitam rambut salah satu temanku nongol di tembok pagar rumah di sekitar itu.
Uhm...jadi gini ya...Ide jail ku pun muncul, jail dibalas jail. Agar mereka keluar dari persembunyian mereka aku pun memberitahukan mereka bahwa ada anjing di dekat mereka.- pada waktu itu ada beberapa anjing yang suka berkeliaran -
Mereka tak berkutik malah hanya bersuara, "Ah bohong!"
Aku yakinkan mereka bahwa ini benar adanya tapi mereka tetap dalam persembunyian mereka. Apa apaan ini, ujarku. Hingga akhirnya mereka pun keluar. Tawa kecil mulai muncul di hati, sepertinya jailan ku kena. hihi. Namun,
salah satu temanku malah berkata, "Restri, anjing di belakangmu."
Yaah, bisa saja dia acting seperti itu. Ekspresi wajahnya menunjukkan perasaan takut, seram dan ingin melarikan diri. Hah, aku takkan tertipu! ujarku dalam hati. Tapi, terlihat sungguh perfect mereka semua actingnya hingga aku pun penasaran. Dengan jantung yang gegap gempita alias deg2 an aku pun beranikan diri untuk menoleh.
"Wah! Anjiiing...!" teriakku - bukan bermaksud berkata kasar, tapi itu benar2 anjing -
Kontan, aku dan teman2 ku pun lari sebisa-bisa mungkin dan kembali ke sekolah.
mpiuh!...alhamdulillah anjing tersebut tak mengejar kami hingga ke sekolah.

dari kejadian itu aku pun belajar...jangan bohong karena kau akan menuai kebohongan itu.

Ujian hidupmu berat? baca ini!

"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yg dialami) orang2 trdahulu sblm kamu. mereka ditimpa kemelaratan,penderitaan,dan diguncang (dg brbgai cobaan),shingga Rasul dan orang2 beriman bersamanya berkata, "kapankah datang pertolongan Allah?" ingatlah,sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."
Q.S.Al Baqarah:214

Tak Merokoklah (Kamu pasti bisa!!!)

Hal baru baginya selalu dianggapnya menarik. Mencoba hal baru selalu menjadi hal yang menantang untuknya. Baginya, kenapa tidak?! Selama hal baru itu tidak dilarang agama. Setahunya, merokok itu tidak diharamkan, tak seperti miras yang sudah jelas tercantum dalam Al-Quran ataupun drugs alias narkoba yang tersiar di berita telah menelan banyak korban jiwa.
Ia tak tahu – saat itu – jika beberapa orang terjerumus narkoba karena mengawali merokok. Ia pun tak mau tahu buruknya merokok selama ia belum mencobanya.
Di sudut WC 2x2, ia kira takkan ada yang tahu kalo dirinya sedang menghisap sebatang rokok. Sembunyi-sembunyi, itulah dia saat mencoba merokok karena ia tahu kakak laki-lakinya tak merokok dan ia pun yakin emak – panggilannya pada Ibu – takkan suka melihatnya merokok.
Tiga kali hisap sudah, ia pun menikmatinya sampai …”Tok! Tok! Tok!” ketukan pintu mengagetkannya. “Itooong! Buruan! Lagi sakit perut.” Teriak kakak iparnya yang sudah ga’ kuku menahan mules.
Terperanjatlah Itong dan bergegas mematikan nyala rokoknya. Bingung…rokoknya belumlah habis, mau dipegang takut ketahuan tapi dibuang sayang. Tak pedulilah dia akhirnya, dia pun membuang rokok pertamanya ke dalam kloset dan “Byur! Byur! Byur!” hilanglah sudah wujud rokok itu.
“(mengendus-ngendus) Bau apa ini? Seperti bau asap…umm asap apa ya?” ujar sang kakak ipar.
“Apa ya teh?” tukasnya.
“Ya sudah, teteh mules ni.”
Percobaan pertama yang hampir ketahuan tak membuat Itong lantas kapok. Entah apa yang ada di pikirannya sehingga sangat tertariknya dia untuk melakukannya kedua kalinya. Dan kali ini, lebih parah…
Di atas batu di kebun kecil di belakang rumah Itong duduk-duduk santai. Ia pun terbawa suasana. Pikirnya ini adalah tempat yang aman. Lagipula emak dan teteh tak ada di rumah. Kakaknya pun sedang bekerja. Ya paslah! Sip! Hiisaaap!
Angin sepoi di sore hari memanjakannya membuatnya serasa dunia miliknya seorang hingga pada akhirnya…
“Itong!!!” ternyata sang kakak telah tiba di rumah dan sedang menyaksikan Itong menghisap batang yang dibencinya.
Terperanjat, lebih-lebih dari kemarin. Salah tingkah, mau berkilah tiadalah guna,,,dia sadar dia sudah tertangkap basah. Diapun bersiap dengan apapun yang akan dikatakan kakaknya.
“Kamu merokok?!!! Sejak kapan hah?!! Kenapa kamu merokok?! Jawab!” Itongpun diinterogasi.
Tak boleh jadi pengecut, ia harus katakan yang sebenarnya karena ini memang ulahnya, “Iya A, ini rokok kedua. Umm…Itong cuma mau nyoba soalnya temen-temen Itong juga pada ngerokok.”
Kakaknya merasa cukup lega mengetahui bahwa ia tak terlalu kebobolan menjaga Itong dari kenakalan remaja. Meski ini yang kedua kalinya Itong merokok, kakaknya yakin bahwa ini kan jadi yang terakhir setelah kakaknya menasihatinya.

Itong, Itong, seorang yang suka tantangan. Tak kapok ia meski kemarin kakaknya menasihatinya dengan artikel, majalah dan buku tentang buruknya rokok untuk hidup. Toh ternyata bapak Memet yang tinggal di ujung gang selalu nampak sehat saja. Bahkan malah pa Iwa yang tak pernah merokok yang sering bolak-balik rumah sakit.
“Mau kemana kau tong?” Tanya kakaknya ketika melihatnya melangkah ke luar rumah.
“Ke warung, mu nyari cemilan n udara segar.”
Kakaknya tau, anak laki-laki tak boleh dilarang. Sama seperti dia dulu ketika remaja. Meski khawatir Itong akan merokok lagi, kakak pun mengijinkannya pergi.
“Ya sudah jangan lama-lama ya! Ingat pesan kakak kemarin!”
“Yoi!”

“Wah wah wah fire in the hall nieh… “ ujarnya ketika melihat teman-temannya sedang asyik merokok di tempat tongkrongan samping warung.
“Nieh tong, ta’ kasih.”
“Thanks bro. gapapa nieh ngerokok? Menurut buku yang brother ku baca, merokok tuh merusak kesehatan. Gimana tah bro?”
“Yo i. emang bener tuh buku tapi menurut yang gue denger…jadi passive smoker lebih merusak kesehatan daripada active smoker. Karna katanya nieh ya, passive smoker menghisap lebih banyak asap dari pada orang yang ngerokok kayak gua gini. So, daripada lu lebih sakit daripada gua, mending ngerokok juga.”
“Emang bro. gue ke sini kan mu ngebul, bul.”
Sekali, dua kali, tiga kali merokok membuatnya merasa nyaman. Apalagi teman-temannya pun demikian. Itong pun ketagihan, inginnya merokok daripada jajan makanan. Dan merokok pun menjadi kebiasaan.
Kakaknya tak sadar. Akhir-akhir ini dia sibuk dengan pekerjaannya. Emak dan teteh mana tahu, toh Itong tak pernah merokok di rumah lagi.
Itong pun merasa aman ketika kakaknya harus keluar kota karena pekerjaan. Dia pun tak segan untuk membawa rokok ke dalam kamarnya. Teteh dan emak ga’ mungkin bongkar-bongkar kamarnya kecuali kasur n lemari pakaiannya. Jadi, Itong menyimpan rokoknya di dalam tasnya.
Suatu waktu kakaknya ternyata pulang ke rumah. Tak ada yang tahu mengenai hal itu. Tak ada seorang pun di rumah yang diberi kabar mengenai kepulangan kakaknya. Itong pun tak bersiaga atau at least menyembunyikan rapat-rapat rokoknya.
Itong sedang di luar rumah, ngebantuin nenek di sebelah nurunin kucingnya yang nyangkut di pohon di kebun di belakang rumah nenek.
“Aa pulang ko ga bilang-bilang.” Ucap teteh.
“Iya, dadakan ni juga. Alhamdulillah kerjaannya cepet kelarnya.” Jawab kakaknya Itong. “Itong kemana? Aa butuh pulpen.”
“Lagi di nenek sebelah, ngebantuan apa gitu…ga tau. Ambil aja langsung di kamarnya.”
“Iya deh.” Beberapa saat kemudian pencarian pulpen di tas Itong berbuah petaka. Betapa shock-nya Aa melihat sebungkus batangan-batangan yang dibencinya. Betapa ingin meluapnya emosi diri Aa seperti gunung merapi yang hendak meletus.
“I..tong!”

Itong tak tahu menahu jika kakaknya sedang naik pitam di rumahnya. Setelah ia menurunkan anak kucing sang nenek, Itong malah makan kue buatan nenek yang dipersembahkan untuk Itong seorang. ”You are My hero” Kata nenek.
Di balik dinding rumah nenek, kakaknya yang naik pitam mondar mandir. . . mau keluar mencari Itong, tapi tak diijinkan istri. Memang istri yang baik, tau adat suami, sekalinya marah besar besarlah pula rusaknya.
“Sudah, duduk A. Istigfar! Istigfar!”
“Si Itong tuh yang suruh istigfar! Dikasih tau ga nurut malah kelewatan!” kalo dia ga masuk rumah, saya yang keluar!”
“Ya sudah biar saya panggilin Itong.”
Di rumah sang nenek, ternyata Itong tidak sedang melahap habis kue enak buatan nenek. Dia malah sedang melongo ketika teteh datang.
“Nek, punten nek. Mu manggil Itong, disuruh pulang. Tong, ayo!”
“Iyo yo. Silahkan.” Jawab nenek dengan logat padangnya yang masih kentara.
“Itong, pulang dulu Nek. Makasih kue dan ceritanya.”
“Bawalah pulang. Kue ni untuk awak surang. Makasih, Tong.”
“Iya, Nek.”
Rumah nenek begitu dekat menempel di sebelah rumahnya sendiri sehingga sekeluar Itong dari rumah nenek, ia tak sempat bertanya gerangan apa yang terjadi.
“Cepet Tong, masuk.” Ujar teteh sebelum merapi yang di dalam – Aa – meletus.
“Teh, sebenarnya …”
“Itong! Masuk!” belumlah sempat itong bertanya, gelegar suara Aa sudah menyambar menembus kayu pintu.
Gaswat oow aku ketauan nieh kayaknya. . .
Lekas teteh menutup pintu rapat-rapat menutup gorden jendela secepat kilat agar ketika gunung merapi itu meletus, para tetangga tak tahu.
Sebungkus rokok dibanting ke meja. Tak berbunyi keras seperti jatuhnya genting tapi cukup menyentakkan Itong.
Seusai membanting sebungkus rokok, Aa membanting dirinya pasrah ke sofa di belakangnya.
Teteh tak menyangka Aa begitu nampak lelah, tak menyangka jika Aa tidak marah marah.
“Duduk, Aa mau cerita.”
“A,..”
“Sudah dengarkan Aa dulu. Setelah ini, kamu mau gimana terserah. Toh kamu sudah besar, sudah baligh. Sudah seharusnya tahu yang baik dan benar dan yang tidak.”
Dan Aa pun mulai bercerita,
“Inget waktu kamu umur 5 tahun? sepulang kamu mengaji kamu malah mukulin anak orang, itu si Idun yang sekarang deket ma kamu. Inget kenapa waktu itu kamu mukulin dia?”
“Inget A.”
“Ya, kamu marah karena Idun ngeledekin kamu karena kamu ga punya bapak. Dan tau kamu kenapa kamu ga punya bapak?”
“Tau A. Bapak kan meninggal waktu Itong umur 4 tahun.”
“Iya, dan waktu itu aa udah SMP, ya samalah kayak kamu sekarang. Apa kamu tau kenapa bapak meninggal?”
“Enggak A. Itong ga pernah berani nanya.”
“Sekarang, coba Tanya Aa.”
Itong malah jadi pengen ketawa, ia berujar dalam hati. C Aa ni mu maen tebak-tebak an atau apa…heran.
“Kenapa bapak meninggal A?” Tanya Itong. Setelah itong melemparkan pertanyaan itu, dilihatnya Aa malah beremosi. Waduh, apa aku salah ngomong. Ujar itong dalam hati.
“Nih (sambil mengambil sebungkus rokok di atas meja dan melemparkan kembali), ini nih yang bikin bapak lu mati!” jawab Aa dengan penuh emosi seakan teringat kembali betapa pahitnya masa itu.
“Bapak…”
“Iya, bapak dulu perokok berat. Memang sih selalu terlihat sehat, tapi waktu Aa pergi untuk ujian kenaikkan kelas, bapak masuk rumah sakit, jantungnya bermasalah, paru-parunya juga..wah pokoknya kompleks deh! Aa jadi ga pergi ujian. Aa malah harus memutar otak buat nyari duit buat bayar rumah sakit. Dari situ Aa putus sekolah karena duit dari mana untuk sekolah. Dulu jarang banget sekolah gratis ga kayak sekarang. Aa juga perokok dulu, tapi enggak lagi sejak itu. Boro-boro mikirin duit buat beli rokok, buat makan ema dan aa juga susah. Dan aa pun bertekad ga akan pernah ngerokok lagi. Alhamdulillah aa dapet istri yang selalu ngingetin aa untuk ga ngerokok, aa ga mau anak aa bernasib sama seperti aa, kehilangan bapak… Meskipun aa ga tau apa yang bakal terjadi nanti. Kematian di tangan Allah, meskipun aa sehat aa bisa aja tetep mati cepat. Tapi setidaknya aa berusaha untuk sehat sebagai bentuk syukur aa ke Allah.”
Di dalam kamar aa, teteh meneteskan air mata sedih mendengar aa ngomongin mati.
“Tong, …” aa melanjutkan bicaranya. “Aa pesen, Itong harus jadi anak sholeh yang bikin ema, aa, teteh n orang-orang yang Itong sayang, seneng sama Itong. Aa sedih kalo Itong ngerokok. Dan aa yakin emak juga sedih kalo tau Itong ngerokok. Itong ga mau kan bikin ema sedih?”
“Enggak A.” jawab Itong yang sedari tadi menahan air matanya di kedua matanya.
“Assalamu’alaikum.” Ucap Emak yang baru pulang.
Segera Aa menyembunyikan sebungkus rokok tadi dan Itong pun segera menghapus tanda-tanda kesedihan.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab Aa, Itong dan teteh.
“Eh, Aa udah pulang.”
“Iya, mak. Emak dari mana?”
“Emak dari rumah sakit, ngejenguk Pa Memet, kena serangan jantung. Kasihan bu Memetnya kelihatan sedih. Emak jadi inget dulu.”
“Pak Memet, bapaknya Idun?”
“Iya, gih Itong. Jenguk sanah, kamu cari Idun dulu tapi. Idun belum keliatan di sana.”
“Iya, emak. Itong tau dimana harus nyari idun.” Segeralah itong melesat ke tempat ‘kongkow’.

Di rumah sakit. Itong ga nyangka Idun itu cengeng. Sejak naik motor mpe nyampe rumah sakit, air mata Idun berlinang mukanya sama persis dengan muka waktu Idun ditonjok itong waktu kecil. Itong pun jadi pengen ketawa inget itu. Tapi ngeliat orang-orang di rumah sakit ngeliatin mereka, itong jadi malu.
“Sst, Idun jangan nangis lu, diliatin banyak orang noh.”
Belum Idun dan Itong tiba di kamar Pak Memet, mereka mendengar perbincangan dokter dan suster yang sambil berjalan terburu-buru
Suster: “apa bisa diselamatkan dok?”
Dokter: “entahlah, usianya sepertinya tak lama lagi.”
Idun yang dari tadi sudah menangis, menjerit meraung tambahlah air matanya mengalir.
“Sst, Idun, berisik. Sst, malu-maluin aja lu.”
“Bapak gua, tong. Bapak gua.”
“Ayo masuk dulu, kita liat dulu keadaannya.”
Di dalam kamar rumah sakit…
“Bapak.”
“Eh, dun. Sini.” Sahut Pak Memet yang kondisinya ternyata lumayan baik.
“Liat ni dun. Akibat rokok. Mulai hari ini, kita tak merokok lah ya?”
“Iya pak.” Jawab idun sambil memeluk bapak satu-satunya itu.
Idun, anak tunggal Pak Memet meski bengal tapi sayang sama kedua orang tuanya yang selalu mengabulkan setiap keinginannya sehingga dia pun nurut dengan permintaan bapaknya yang satu ini.
Itong jadi terharu, jadi ingat dan rindu sekali sama bapaknya.
“Itong juga ga bakal ngerokok lagi pak Memet, Idun. Itong inget bapak Itong.”
“Sini, tong. Bapakmu itu sobat pak Memet. Iya tak merokok lah ya…”
Mereka pun bertekad tidak akan merokok lagi…
Smoking no more!

Keutamaan Surat Al Fatihah

Beberapa keutamaan surah Al-Fatihah adalah sbb:

1. Surah yang Paling Agung di dalam al-Quran

Abu Sa'id bin Mu'alla berkata,
"Pada suatu hari, aku sedang shalat di masjid. Selesai shalat, aku dpanggil Rasulullah. Kemudian, Rasulullah pun bersabda, 'Aku akan mengajarkanmu sebuah surah yang teragung di dalam al-Quran sebelum engkau keluar dari masjid.'
Aku bertanya, 'Surah apakah itu wahai Rasulullah?'
Rasulullah kembali bersabda, '(Ia adalah surah) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ia adalah 7 ayat yang diulang-ulang (dalam setiap rakaat - peny.) dan al-Quran yang agung yang diberikan kepadaku." (HR Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa'i)


2. Surah yang Paling Utama di dalam al-Quran

Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah bersabda, "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamiin adalah Umm al-Quran, Umm al-kitab, as-Sab'ul Matsani, al-Quran al-'Azhim, ash-shalat, asy-syifa, dan ar-ruayah." (HR. Tirmidzi)


3. Surah yang di dalamnya termaktub munajat antara hamba dan Allah swt.

Abu Hurairah mengatakan bahwa suatu saat Rasulullah bersabda, "Allah telah berfirman, 'Aku telah membagi (kandungan makna) surah al-Fatihah untuk-Ku dan untuk hamba-Ku menjadi dua bagian, dan Aku akan mengabulkan apa yang hamba-Ku pinta.

Apabila dia membaca, 'Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,'
Allah akan membalasnya dengan berfirman, 'Hamba-Ku telah memuji-Ku.'

Apabila dia membaca, 'Zat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,'
Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah memuji-Ku.'

Apabila dia membaca, 'Yang menguasai di Hari Pembalasan,'
Allah berfirman, 'Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku,' lalu Allah berfirman sekali lagi, 'Hamba-Ku telah memasrahkan urusannya kepada-Ku.'

Apabila dia membaca, 'Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan,'
Allah berfirman, 'Ini adalah urusan antara Aku dan hamba-Ku, dan Aku akan mengabulkan apa yang hamba-Ku pinta.'

Apabila dia membaca, 'Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat (iman) kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) merka yang sesat,'
Allah berfirman, 'Ini adalah untuk hamba-Ku dan dia akan mendapatkan apa yang dia pinta.'"

(HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah)

--- disalin dari Tafsir Quran Per Kata yang disusun oleh DR. Ahmad Hatta, MA. dan diterbitkan oleh Maghfirah pustaka. ---

Tak ada yang sia-sia

Mgkin qt prnh alami ini:
hari itu ak brsikeras utk dtg awal,bbrp menit sblm jam yg sdh dsepakati,dg niat baik tak mau mnzhalimi tak mau bwat org mnunggu dan niat2 baik lainnya,,.
namun
tak dinyana,malah dia yg mbuatku menunggu..shg jd ingat lagu s on 7: sbrapa pantaskah kau utk ku tunggu...
atau pun lagu2 lain yg d lirik nya mgandung kata 'tunggu' atau 'menunggu'.
sbentar c msh ok,lama2 jd owkey. .! (sambil mengepalkn tangan,saking keselñ)
tapi sabarlah...sabarrr.

tak ad yg sia2.

tahan emosimu biar kebaikan yg telah ad tak punah atau luruh...

ingat, "sypa yg mnahan marah,pdhl ia dpt mlampiasknnya,mk klak pd hr kiamat Allah akn mmanggilnya d dpn slrh makhluk,kmudian dsruhnya mmlih bida2ri skhndaknya" HR. Abu Dawud,Tirmidzi

dan mgkn jg qt prnh mgalami:
ak niatkn baik,mau brbgi ilmu dg org lain scr gratis...tlah ak agendakan..bahkn spa pun tak bs mgganggu gugat agenda itu.
namun
dia/mrka,yg mau ak bgi ilmu nya tak kunjung tiba...
ingin kecewa dsb...

tapi

tak ada yg sia2.

ingatlah,
"Dari Abul 'Abbas 'Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Muththalib r.a. dari Rasulullah s.a.w. dmn beliau mncritakn ttg ap yg dtrimanya dr Tuhan Yang Maha Pemberkah lagi Maha Luhur, dmn bliau brsbda: "Ssgghnya Allah ta'ala mnctat kbaikan2 & kjahatan2,kmudian djlsknnya smua itu. brgspa yg brmaksud utk mgrjakn kbaikn ttpi ia tdk mlaksanaknnya mk Allah mctat bginya 1 kbaikn,& brgspa yg brmksud utk mgrjakn kbaikn lantas ia mgrjaknnya mk Allah mctat bginya 10 kbaikn sampai lipat 700 kali bhkn sampai brlpat ganda yg tdk trhitung byknya. brgspa yg brmksd u brbuat kjhtn ttpi ia tdk mlksnknnya mk Allah mctat bginya 1 kbaikn,& brgspa yg brmksd u mgrkn kjhtn lantas ia mgrjknnya mk Allah mctat bginya 1 kjhtn." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

pkoknya tak ada yg sia-sia.

dan ingatlah,
"Maka brg siapa mgrjakn kbaikan sberat zarrah,niscaya dia akn mlht (balasan)nya. dan brg siapa mgrjakn kejahatan sbrat zarrah,niscya dia akn mlht (balasan)nya." QS 99:7-8

maka lakukanlah kbaikan walau sedikit :)

Tidiit! / Biasa aja kalee! / Daripada ketabrak

Suatu hari di jam tersibuk hari itu...sekelompok pemuda sedang berjalan di jalan utama kampus. saat itu pun mobil sedan cukup mewah sedang melaju dari arah belakang mereka. mereka memang berjalan di pinggir namun karena berkelompok, beberapa di antara mereka berada di badan jalan sehingga ...

" Tidiiit! [suara klakson mobil]"

dan

"Woi! biasa we atuh!", seru salah seorang di antara para pemuda (Pemuda 1).

Pemuda yang lain (pemuda 2) berkata, "Eh, kenapa?"

Pemuda 1 pun menjawab, "Kamu ga denger barusan tu orang mencet klakson keras banget? padahal biasa aja kalee."

Pemuda 2 berkata, "Perasaan tadi tuh biasa deh. suara klakson emang biasanya gitu kan."

"Euh? iya sih, tapi gimana gitu... jalan kan masih lebar. n kayaknya g perlu pencet klakson pun kita bakal minggir"

"Loh? masa supirnya harus bilang punten. emang kedengeran dari dalam mobil? lagian mungkin jg lagi buru2 jadi daripada nabrak mending kasih tanda pake klakson, biar kita nya aware. mendingan mana, ditabrak atau diklaksonin...?"

"Ha? heu ... ", pemuda 1 pun melakukan S3 (senyam senyum sendiri).


- cerita ini hanya fiktif tapi mungkin pernah terjadi di sekitar kita -

by: positive thinking & feeling

Arti Ukhuwah itu (bagiku)

aku sering kasih motivasi padahal aku sendiri harus diberi motivasi

aku sering mengingatkan padahal aku sendiri yang perlu diingatkan

aku sering menasihati padahal aku sendiri lah yang pantas dinasihati


krn itu yg kulakukan ketika teman minta dimotivasi, ketika ia minta diingatkan, ketika ia butuh nasihat, bukan berarti aku sudah lebih baik.

ketika yg satu lemah, yg lain menguatkan
ketika yg satu down, yang lain memberi semangat
ketika yang satu futur, yg lain mengingatkan
ketika yg satu btuh nasihat, yg lain menasihati

itulah ukhuwah itu...

Tanya: "Apakah aku fanatik?"

P: "Apakah aku fanatik?" J: "jika itu berarti berlebihan, oh tentu tidak (insya Allah)! jika itu berarti berkeyakinan kuat, mungkin iya insya Allah."

*
Di suatu pagi, ketika Syabibah, seorang gadis remaja yang biasa dipanggil Fafa, sedang bercermin untuk mengenakan jilbabnya, tiba-tiba ia teringat akan ayat Quran yang pernah dibacanya, "...Hendaklah mereka (perempuan-perempuan mukmin) mengulurkan jilbabnya sampai ke dada mereka..." (Q. S. An-Nur :31 & Al-Ahzab: 59). Hal tersebut membuatnya berpikir, 'Apakah aku mulai pake jilbab panjang sekarang?' lalu ia menjawab dengan jilbab panjangnya.

Belum selesai ia merapihkan kerudungnya dengan penitik dan bros, ibunya masuk ke kamarnya dan menatapnya heran.
           "Ko jilbabmu panjang, Fa?", tanya ibunya.
           "Kata Allah dalam al Quran, berjilbab itu harus panjang, Bu. Makanya, Fafa pake jilbabnya panjang." jawab Fafa dengan lembut diakhiri dengan senyuman.
            "Oh, gitu." respon ibu dengan anggukan.

Sejak itu Fafa tahu bahwa tidak hanya ibu saja yang akan keheranan melihat penampilan barunya, teman-teman di sekolahnya pun pasti akan bertanya-tanya. Fafa pun siap dengan jawabannya.

Setibanya di kelas, dugaannya pun terbukti. Salah satu teman sekelasnya, Wiwi, menanyakan pertanyaan yang sama dengan ibunya. Fafa pun menjawab dengan jawaban yang sama. Temannya yang belum berjilbab pun, In in, menanyakan hal serupa dan dijawab dengan jawaban serupa. ketika Fafa mendengar respon In in yang tidak antusias, seketika itu juga, Fafa teringat kisah para wanita Anshar. Para wanita Anshar begitu antusias dan taat kpd Allah sehingga ketika mereka mendengar perintah Allah tentang bejilbab, seketika itu juga mereka menarik kain-kain apapun yang ada disekitar mereka untuk mereka kenakan menutup aurat mereka. Para wanita Anshar dipuji oleh 'Aisyah r.a. karena ketaatan mereka kepada Allah. Fafa pun ingin seperti wanita Anshar yang sangat taat pada Allah Azza wa jalla.

Selain yang bertanya, adapun yang memuji dan menyelamati Fafa dengan perkataan, "Barakallah. Semoga Allah memberkahimu." Fafa pun menjawab, "Amin" seraya tersenyum bahagia. dia yakin dan akan membuktikan bahwa penampilan barunya ini takkan mengganggu aktifitasnya di sekolah.

Sore menjelang, waktunya Fafa pulang. Di rumah, ternyata ibu sudah ditemani ayah di ruang keluarga. Setelah mengucapkan salam dan mencium tangan ibu dan ayah, Fafa menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian. setelah itu, ia bergegas ke luar kamar menyapa ayahnya.
          "Ayah ko pulang cepat?" tanya Fafa.
          "Bukan ayah yang pulang cepet, tapi kamu yang pulang kesorean." jawab Ayah.
          "Heh, iya yah. soalnya tadi aku ke sekre ekskul dulu ada keperluan."
          "Eh, Nak. Tolong belikan cemilan donk ke warung situ."
          "Oh, ok yah. sebentar pake baju dulu." jawab Fafa. Ayah jadi heran mendengar perkataan Fafa 'pake baju' padahal Fafa sudah pake kaos panjang, celana panjang.
          Tak berselang lama, Fafa pun keluar dengan kaos panjang, rok panjang dan jilbab panjang serta membawa kaos kaki yang dia akan ia pakai. ketika Fafa sedang mengenakan kaos kakinya, Ayah bertanya, "Kenapa pake kaos kaki?"
          Fafa pun menjawab santai, "Kan aurat wanita itu seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan (sambil menunjuk wajah dan telapak tangannya). jadi aku pake kaos kaki."
          "Iya, tapi kan deket warungnya juga."
          "Kan, kalo wanita keluar rumah, wanita wajib menutup auratnya. gitu Yah. aku ke warung dulu, assalamu'alaikum."
          Ayahpun menjawab salam sambil masih keheranan melihat perubahan putri satu-satunya ini.

**
Hari ini, hari kedua Fafa dengan penampilan barunya. Tidak ada lagi yang bertanya-tanya atau keheranan selain mereka yang belum berjumpa dengannya atau yang belum berani bertanya. dan setiap ada yang bertanya, Fafa menjawab dengan jawaban yang sama. Tapi Fafa hanya  bisa melempar senyum atau wajah ramah kepada orang yang hanya menatapnya heran atau penuh keanehan.

Hari ini, Fafa dan teman-teman sekelasnya praktek kimia di lab tentunya. Atas pengelompokan guru, Fafa berkelompok dengan satu teman perempuan, Fifi dan 2 teman laki-laki, Gan gan dan Zam zam.

             "Syabibah, kita sekelompok ya." ujar Gan gan sambil mencolek bahu Fafa.
             Seketika itu Fafa menghindar dan menjawab, "Eh, iya. ok. mari kita ke meja praktek."
             Gan gan merasa heran dengan tingkah Fafa tadi, tapi dia simpan keheranannya dulu.

Setelah semua alat dan bahan terkumpul, masing-masing kelompok memulai prakteknya. kelompok Fafa pun demikian. Selama praktek, Fafa berusaha untuk tidak menyentuh atau disentuh kedua teman laki-lakinya. ternyata, perbuatannya itu cukup diperhatikan oleh teman-teman sekelompoknya.

              "Yes, kita berhasil. Ces dulu donk!" ujar Zam zam dengan penuh semangatnya setelah percobaan yang dilakukan bersama kelompoknya berhasil. Zam zam pun tos dengan Gan gan dan fifi. ketika Zam zam mengajak tos pada Fafa, Fafa hanya bisa tersenyum dan berkata, "Iya, selamat ya!"

              Keheranan Gan gan sejak tadi pun akhirnya dia ungkapkan, "Syabibah, kamu makin aneh sih aku perhatiin. pertama, berjilbab panjang, okelah, menurutku kamu tambah cantik, tambah rapih, tambah tertutup, jujur aku suka. tapi hari ini, perasaan kamu ko ga mau aku sentuh, meskipun dicolek doang, ga mau nyentuh aku n Zam zam."
              "Iya betul. emang kita nih najis?" tanya Zam zam.
              "Duh, bukan gitu, kawan-kawan." jawab Fafa.
              "Sudahlah jangan kau fanatik dalam beragama." ujar Gan gan.
              "Fanatik?" respon Fafa.
              "Udahlah temen-temen. terserah Fafa kali. emang ganggu kalian gitu?" bela Fifi.
              "Enggak ganggu juga sih tapi ya kita sempat tersinggung en aneh aja. ya aku mah kasih tau aja untuk ga usah fanatik, biasa aja lah." ujar Zam zam.

         Mengetahui respon Gan gan dan Zam zam yang begitu, Fafa jadi begitu sedih. Fafa pikir, harusnya mereka bisa minimal mengerti dan menerima jika mereka belum bisa melaksanakan karena perbuatan Fafat ini berdasarkan ajaran agama Islam, agamanya Fafa dan agamanya mereka. namun, Fafa juga harus mencoba paham karena belum semua orang tau, paham dan mengaplikasikan ajaran dalam agamanya sendiri, begitu pun Fafa yang masih harus mendalami.
        Mendengar judgement temannya yang bilang "fanatik", Fafa bertanya-tanya pada dirinya, "Apa aku ini fanatik?"
dari situ Fafa kemudian mencari-cari definisi kata 'fanatik' di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus online, dan lainnya.
         Sebagian kamus menyebutkan bahwa fanatik adalah berlebihan. Fafa merenung dan berpikir, "Apakah aku ini berlebihan?"
          Fafa mulai pikirkan satu per satu perubahannya, yang membuat orang berpikir ia fanatik. pertama, berjilbab panjang, hal ini ada dalilnya bahkan dalil dalam al Quran bahkan disebutkan 2 kali. 'Berarti untuk hal ini, aku tidak berlebihan, tidak fanatik, aku sesuai porsinya, sesuai yang seharusnya.' ujar Fafa dalam renungannya. kedua, menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, hal ini juga tidak berlebihan karena berdasarkan sabda Rasulullah saw, 'Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan.' (HR. Abu Daud dan Baihaqi). ketiga, tidak bersentuhan dengan lawan jenis, hal ini pun tidak berlebihan karena berdasarkan sabda Rasulullah saw, 'Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.' (Hadits hasan riwayat Thobroni dalam Al-Mu'jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283 lihat Ash Shohihah
1/447/226). 'Jadi, aku ini ga berlebihan.' ujar Fafa dalam renungannya.

             Fafa kemudian membaca definisi fanatik lainnya yang mengatakan bahwa fanatik berarti teramat kuat kepercayaan (keyakinan) nya. 'Umm, insya Allah iya. aku memang berharap demikian sehingga Allah dan Rasul-Nya senang padaku atas kuatnya keyakinanku pada Allah dan Rasul Nya.' ujar Fafa.

'Jadi, kalo fanatik yang berarti berlebihan, oh tentu aku enggak donk. tapi kalo fanatik yang berarti teramat kuat keyakinannya, emm insya Allah aku berusaha.' ujar Fafa 'Akan aku kasih tau mereka apa itu fanatik.'


> cerita ini sengaja dibuat untuk semua tanpa niat menyakiti hati siapapuni..
> slh satu himbauan penting dalam cerita ini: minimal menerima dan memahami jika belum bisa mengaplikasikan :)


thanks for reading this b^^

semoga Allah memberikan petunjuk, ketakwaan, kecukupan, dan kekayaan pada kita semua. amin Ya mujiibasailiin

Money buat Mommy dan Daddy

Suatu hari aku pergi ke tukang obras, untuk mengobras tentunya. Di tempat itu, aku harus mengantri menunggu giliran hingga akhirnya tibalah giliranku. aku pun duduk di dekat seorang ibu keturunan cina (sebutlah Leni) yang merupakan teman pemilik obras yang mengobras kain-kain yang ku bawa.
Sejak aku datang, mereka memang sudah mengobrol hingga tiba giliran akupun mereka masih mengobrol. itu bukanlah masalah buatku karena meskipun mereka mengobrol, pemilik obras yang juga keturunan cina (sebutlah Cici) tetap melakukan tugasnya yakni mengobras.
Bukan aku ingin mencuri dengar, tapi tentu saja aku yang duduk dekat mereka, dapat mendengar segala yang mereka perbincangkan.
Ibu Leni menceritakan keluarganya kepada Ibu Cici. Bu Leni sepertinya tidak keberatan aku mendengarkan perbincangan mereka karena bu Leni tidak segan-segan bercerita dengan suara yang cukup dapat ku dengar dengan jelas.
"Enak ya Bu Leni mah anak-anak udah pada gede udah pada kerja." kata Bu Cici.
"Oh iya, anak-anakku semuanya ngasih jatah setiap bulan buat aku dan buat suamiku." kata Bu Leni.
dalam hatiku, aku berujar "Wah keren tuh anak-anaknya, bisa ngasih buat ibu bapaknya." di saat yang bersamaan, aku pun berdoa agar aku bisa melakukan hal yang sama. ya walaupun uang tidak bisa membalas semua kebaikan yang telah dilakukan ibu bapakku untukku, setidaknya aku ingin bisa mencukupi kebutuhan kelak di hari tua mereka seperti mereka kepadaku sejak aku lahir.
akupun jadi menyimak apa yang dibincangkan mereka karena sepertinya pesannya bagus...eh malah ada hal yang menurutku lucu.
"Suami ga usah kerja dong? kan dapet uang dari anak." kata bu Cici.
"Oh ya suamiku tetep kerja. uang suamiku aku pake belanja buat makan dan lain-lain. uang dari anak buat dia dan buat aku ya aku simpen."
aku tersenyum sedikit sambil menahan tawa. pinter juga nih bu Leni. ya mungkin beliau melakukan itu atas pengetahuan suaminya. masa enggak...
karena istri sholihah mah ga ngambil uang suami tanpa sepengetahuannya...
wallahu 'alam.
 Note: redaksinya ga gitu-gitu juga...sedkt di modif karena udah lupa, it's been long time gheeto tapi intinya yang patut kita tiru adalah... mencukupi kebutuhan orang tua kita

Sabtu, 02 Juni 2012

Ada penjahat! Muslimah membela diri atau lari?


Muslimah membela diri atau lari?

(dari artikel berjudul “Muslimah Membela Diri, Wajibkan?” oleh Nashih Nashrullah pada harian umum Republika edisi 18 Mei 2012)
 
  1. Bagaimanakah hukum membela diri, harta, dan kehormatan bagi seorang muslim?
DR Abd Al Karim Az Zaidan dalam kitabnya yang berjudul Al Mufashal fi Ahkam Al Mar’at menguraikan tentang hal ihwal hukum mempertahankan diri bagi seorang muslimah yang terancam bahaya. Hal mendasar yang ia bahas ialah berkenaan dengan hukum pembelaan tersebut.
                Terkait ini, ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan hukumnya sekadar boleh. Salah satu opsi pendapat yang berlaku dalam kalangan Mazhab Syafi’i mengatakan, tidak wajib hukumnya melawan bila pelaku adalah beragama muslim juga.
                Sedangkan menurut Imam Al Jashash, seorang ulama bermazhab Hanafi, wajib hukumnya membela diri dan melawan upaya kejahatan pelaku meskipun harus ditempuh dengan cara membunuh penjahat. Hampir tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama Mazhab Hanafi soal kewajiban membela diri bagi muslimah. Mereka beralasan, pelaku yang hendak menganiaya korban adalah seseorang yang makar. Dalam Islam, Allah SWT menyerukan agar membunuh kelompok yang berbuat makar.

  2.  Bagaimana bentuk pertahanan diri yang mesti dilakukan?
Dalam kitab tersebut disebutkan ada beberapa tahapan cara yang bisa ditempuh:
1)      Mengingatkannya (orang jahat) tentang keberadaan Tuhan
2)      Jika hal itu tak mempan, minta tolong orang di sekitar
3)      Bila tidak ada, memanggil pihak berwajib, jika memungkinkan
4)      Terakhir, mempertahankan diri secara mandiri dengan sebisa mungkin sekalipun yang dipertaruhkan nyawa.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam An Nasai dari Sufyan Ats- Tsauri menyebutkan, seorang sahabat datang dan bertanya kepada Rasulullah SAW. Ia mengatakan, “Ada oknum yang menghampiri dan menginginkan hartaku secara paksa (apa yang harus dilakukan)?
Rasulullah menjawab, “Ingatkan dia akan Tuhan. Bila tidak berguna maka mintalah pertolongan orang di sekitarmu dan jika tidak ada satu pun maka libatkan pihak berwenang, lalu bila ia menolak memberi pertolongan maka pertahankanlah diri dan harta bendamu sekalipun harus mempertaruhkan jiwa dan engkau akan jadi seorang syahid.”
  3.  Bagaimana hukum berusaha melarikan diri oleh muslimah bila keputusan tersebut dianggapnya dapat menghindari bahaya dan menyelematkan harta benda, jiwa, atau kehormatannya?
Abd Al Karim Az Zaidan menjelaskan bahwa di antara ahli fikih ada yang mewajibkannya. Pandangan ini banyak populer di kalangan ulama yang bermazhab Syafi’i. Menurut mereka, dengan mencoba meloloskan diri dari ancaman pelaku kriminal bisa menghindari niat jahat pelaku. Dengan catatan, usaha tersebut tidak malah mengundang bahaya yang lebih besar bagi dia atau orang lain.
                Sedangkan, sebagian ulama fikih hanya sebatas memperbolehkan, bukan sampai level wajib. Hal ini karena membela dan menjaga diri bagi seorang muslimah hukumnya boleh. Demikia halnya dengan hukumanya melarikan diri. Pandangan ini banyak disuarakan oleh sebagian ulama bermazhab Hanbali. Bila orang yang bermaksud berniat jahat tadi telah lari terlebih dahulu sebelum ia melakukan kejahatannya maka tidak perlu dikejar dan dihukum.
                Karena, pada dasarnya hukum dan sanksi atas penganiayaan itu gugur dengan larinya penjahat itu. Kecuali, jika ia merampas dan membawa barang pribadi milik korban. Dalam kasus seperti ini, boleh dikejar dan ditangkap untuk kemudian diberikan sanski sesuai dengan tindak kejahatan.